Resensi Terbaru

Kamis, 20 Februari 2014

Resensi : Syekh Siti Jenar: Makna Kematian

Sebenarnya, buku ini sudah lama selesai dibaca. tertarik mereview karena melihat tayangan kick andy yang membahas tentang kematian (based on book yang berjudul the last lecturer dan psikologi kematian). dua buku terakhir ini belum saya baca. adalagi buku yang menyita perhatian saya sebenarnya. buku al ghozali -nabi tanpa wahyu- metode menjemput kematian.

kenapa kematian? seyem ya. saya sendiri tertarik untuk 'mati' setelah beberapa tahun terakhir ini mendalami dunia sunyi sufi. meski saya tak berusaha seperti seorang salik sufi yang mencoba berbagai cara untuk mati. tapi saya memang penasaran untuk 'mati'. ada apa dengan 'mati'. benarkah kita akan mengalami siksa kubur. benarkah kita akan menuju surga atau neraka. jangan-jangan surga dan neraka itu tidak ada. belum ada bukti. semua cuma kata kitab suci. bukan saya meragukan kitab suci. tapi saya adalah tipe yang membutuhkan 'bukti' untuk sebuah kebenaran. kitab suci sekedar pengantar. kebenaran sejati ada di hati. jika tidak ada kitab suci, apakah anda masih percaya adanya Tuhan? inilah yang saya 'cari'.

pikiran ini membawa saya ke sebuah gua yang bernama gua pamijahan. gua ini terletak di kaki bukit gunung mujarod (tempat penenangan) di daerah tasikmalaya. gua ini adalah tempat di mana syaikh abdul qodir jaelani menerima ilmu agama dari syaikh imam sanusi. konon, gua ini juga menjadi tempat 'meeting' para wali songo dengan syaikh abdul qodir jaelani -saya sempat berdiam lama di tempat 'meeting' ini-. entah apa yang mereka 'meeting'-kan. tidak usah dibahas di sini.

ketika sampai di ujung gua -tempatnya cukup lebar-, kebetulan pas tidak ada orang. saya mencoba mematikan obor saya. dan seketika gelap hinggap. segelap-gelapnya. sesunyi-sunyinya. apakah ini mati. sunyi. tidak ada bunyi. tidak ada cahaya. hitam. sehitam-hitamnya. pikiran saya lari kemana-mana. ingat ibu saya. bapak saya. adik-adik saya. kawan-kawan saya. mhh. kok seyem gini sih. saya jadi takut. hati saya tak henti-hentinya dzikir. mengingat segala dosa dan khilaf. (dan kenapa juga saya ingat dosa dan khilaf. sementara ketika saya 'hidup', saya tak memusingkan hal itu. cuek.) akhirnya tak kuasa juga saya menahan airmata. dia menetes tanpa saya perintah. entah apa yang saya pikirkan. cuma saya merasa 'takut' jika mati dimaknai dengan gelap dan sunyi seperti ini. (saya pernah berkhayal, bahwa kematian tidak ada bedanya dengan kehidupan. kita masih bisa dugem atau menyantap soto ceker kesukaan). tapi kalau gelap dan sunyi begini. doh. saya ogah deh.

nah, pandangan saya tentang kematian 'berubah' saat saya mulai baca buku ini. dengan bahasa yang mengalir dan sederhana, achmad chodjim berusaha menjelaskan makna kematian bagi seorang mbah jenar -duh. saya jadi kangen panjenengan-. bagi mbah jenar, kematian itu ya hari ini. dimana kita (baca: saya) masih bisa menghirup udara bebas. masih bisa makan soto ceker dan minum coca cola. masih sempat ngopi di phoenam. masih senang chatting di sela kerja. masih bermimpi untuk menjadi orang sukses dan banyak duit sehingga bisa beli banyak buku dan membangun perpustakaan. masih sempat menulis puisi dan cerpen. masih baca buku dan menulis review. tapi begitulah. itu hanya contoh aktivitas yang kita kerjakan saat kita berada di 'alam kematian'. banyak aktivitas lain yang tidak usah dibahas di sini.

menurut mbah jenar, kehidupan sejati adalah hidup bersama sang pemberi hidup. bukan alam materi seperti yang kita alami dan rasakan seperti ini. sesungguhnya kita sudah berada di alam kematian hari ini -tanpa nisan dan kain kafan-. sesungguhnya kita sudah berada di alam surga dan neraka hari ini. tergantung parameter anda tentang surga dan neraka itu. sungguh. betapa setiap hari kita selalu berhadapan dengan hal-hal yang tidak masuk akal. hal-hal ini akan masuk akal jika kita berada di alam kematian. ayah memperkosa anaknya. anak membunuh ibunya. orang saling membunuh cuma karena beda. nggak masuk akal kan.

mbah jenar menampar saya. mengingatkan saya untuk 'hidup'. kenapa saya harus memikirkan kematian. saya sudah mati sejak pertama saya melihat dunia ini. yang saya butuhkan adalah 'hidup'. sehidup-hidupnya. hidup dengan sang pemberi hidup. siapa pun dia.

Sumber resensi dari SINI.

Pesan Buku ini di SINI
atau SMS/WA 081393725615. ( Eko Waluyo )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

We will keep You Updated...
Sign up to receive breaking news
as well as receive other site updates!
Subscribe via RSS Feed subscribe to feeds
Sponsors
Devi Online Book StoreKaravina.comPenerbit Dolphin
Tempat IklanTempat IklanTempat Iklan
Connect with Facebook
Todays Quote :
Love is the expansion of two natures in such a fashion that each includes the other, each is enriched by the other. #Felix Adler 1851-1933
Search
Thankyou