Resensi Terbaru

Kamis, 27 Februari 2014

Taman Sunyi Sekala (Novel Filsafat)

Taman Sunyi Sekala (Novel Filsafat) by Aida Vyasa

"Taman Sunyi Sekala" ini berisi sebuah renungan spiritual perjalanan hidup seorang anak manusia. Dalam kesejatian ciptaan Rabb semesta sekalian alam bernama manusia, maka sesungguhnya ia tidaklah butuh nama. Dalam konteks ini maka benarlah lontaran " What's the name", apalah artinya sebuah nama. Jiwa menjadi lebih penting disini, teramat penting.

Dan dimana-mana jiwa memiliki nama yang sama, yaitu : noname alias tak bernama. Orang-orang saja yang kemudian memberinya nama : ruh.

Novel ini, yang sama sekali tak mirip Novel, sebenarnya hendak berkata bahwa kita adalah apa yang kita baca, kita serap, kita tulis, kita alami, kita saksikan, dan kita cintai. Bahwa kehidupan kekinian ternyata selalu tak bisa melepaskan diri dari kehidupan masa lalu. Sebuah 'blink' yang didapat di masa kecil melalui semacam Laura Ingals dalam "Little House on the Prairie" ternyata masih saja menjadi sebuah 'blink' dalam wujud lain di kehidupan kini bahkan juga diyakini di kehidupan masa datang.

Sebuah inspirasi kebajikan tidak akan pernah mati. Boleh saja "The good always die young", bahwa pahlawan selalu mati muda, tapi "the goodness" atau "the kindness" itu sendiri bersifat abadi dan tak pernah mati. Al-Quran sendiri mengabadikannya, saat memberi jaminan kepada orang-orang hidup yang ditinggal mati para syuhadah (the good) dengan mengatakan "janganlah mengira mereka mati? tidak! bahkan mereka itu hidup" (QS. Ali Imran:169)

Maka, beruntunglah anak-anak pada masa kini, yang memiliki (to belong) orang tua, guru, atau orang dewasa yang pernah hidup di masa lalu, dan menyadari hakikat kehidupan di masa sebelumnya adalah semata agar masa kini lebih baik. Sebab, banyak pula anak-anak yang berada di tengah-tengah orang dewasa ( to have), tapi tak banyak merasakan apa arti kedewasaan, karena mereka yang dewasa rupanya hanyalah 'anak-anak yang terkurung dalam tubuh dewasa'.

Beruntunglah anak-anak itu, yang disodori  buku-buku dan bacaan sarat inspirasi, meski inspirasi itu baru bisa termaknai jauh tahunan ke depan. Beruntunglah juga anak-anak yang di beri kesempatan mengakses tontonan (akui saja dengan lapang dada) TV dan film yang membasuh jiwa, pun juga tontonan yang mengotori jiwa. Sebab yang 'kotor-kotor'itu sejatinya akan menguatkan kekuatan pembasuhan.

Dan pihak yang bertanggungjawab dibalik semua itu adalah : kata (word). Dalam segala rupa kata, ia adalah dalang di segenap peradaban dan pemikiran dunia. Buku yang ditulis, komik yang digambar, koran yang diterbitkan, film yang diproduksi, iklan yang menipu, juga lirik dalam lagu bahkan rupa murni dalam kanvas, semuanya melahirkan kata. Kata adalah sumber kesejahteraan dan kata adalah sumber penderitaan. Selama kata itu ada, selama itu pula perang dan perpecahan antar manusia akan ada. Pula, selama kata itu ada kedamaian akan tercipta. Tak diragukan lagi, The word is the  world's soulmate.

***
Yang menarik buatku adalah, sepertinya buku ini mewakili kesunyian tamanku juga, meski tak simetris dan kongruen. Kaernanya, seperti kataku pada BU Pratmi, aku mau menjadi teman setianya, jika ia di sini. ^_^

Tapi setidaknya, aku tahu, Sekala ini adalah seorang perempuan, dua tahun lebih muda dariku, banyak menghabiskan umurnya di JOgja, pernah belajar Psikologi, dan yang terpenting pernah atau masih berinteraksi dalam dunia pergerakan Islam. Sudah pasti ia mahkluk asing dalam jagat 'bumi'. Dan taman sunyinya itu, bisa dipastikan pula tak bertaburan bunga-bunga dan kupu-kupu.

Sumber http://www.doniriadi.com/2009/03/membaca-taman-sunyi-sekala.html 

Pesan buku ini : Tersisa 1 buku, Hub Eko Waluyo , SMS/WA : 081393725615.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

We will keep You Updated...
Sign up to receive breaking news
as well as receive other site updates!
Subscribe via RSS Feed subscribe to feeds
Sponsors
Devi Online Book StoreKaravina.comPenerbit Dolphin
Tempat IklanTempat IklanTempat Iklan
Connect with Facebook
Todays Quote :
Love is the expansion of two natures in such a fashion that each includes the other, each is enriched by the other. #Felix Adler 1851-1933
Search
Thankyou